Home Nasional MUNAS XI MUI 2025 : Meneguhkan Peran Ulama, Mewujudkan Kemandirian Bangsa & Kesejahteraan Rakyat

MUNAS XI MUI 2025 : Meneguhkan Peran Ulama, Mewujudkan Kemandirian Bangsa & Kesejahteraan Rakyat

146
0
SHARE
MUNAS XI MUI 2025 :  Meneguhkan Peran Ulama, Mewujudkan Kemandirian Bangsa & Kesejahteraan Rakyat

Keterangan Gambar : Musyawarah Nasional XI Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2025, mengusung tema “Meneguhkan Peran Ulama Untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa dan Kesejahteraan Rakyat", berlangsung di di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, pada 29 Jumadil Awal - 2 Jumadil Akhir 1447 Hijriah / 20 - 23 November 2025 Masehi (sumber foto : ibrhahim hamdani/pjminews)

JAKARTA II  PJMINews - Musyawarah Nasional XI Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2025, mengusung tema “Meneguhkan Peran Ulama Untuk Mewujudkan Kemandirian Bangsa dan Kesejahteraan Rakyat", berlangsung di di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, pada 29 Jumadil Awal - 2 Jumadil Akhir 1447 Hijriah / 20 - 23 November 2025 Masehi. 

Acara ini rencananya akan dihadiri secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia (RI), Jenderal TNI (HOR.) (Purn.) Prabowo Soebianto. Beliau juga akan menyampaikan kata sambutan dalam kegiatan ini, namun karena satu dan lain hal terkait padatnya agenda kegiatan, Presiden berhalangan hadir. 

Selain Presiden, acara Munas XI MUI (2025) juga di hadiri oleh, Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat, KH. Muhammad Anwar Iskandar, serta Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat. Prof. Dr. (H.C.) Drs. KH. Ma'ruf Amin. Tampak hadir pula dalam mantan  Wakil Presiden RI Ke-10 dan Ke-12, Bapak H. Muhammad Jusuf Kalla, Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. Hadir juga Kepala Kepolisian RI, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Menteri Haji dan Umrah, KH. Mochamad Irfan Yusuf, serta Wakil Menteri Haji dan Umrah RI, Dahniel Anzhar Simanjuntak dan Ketua DPD RI, Sultran Bachtiar Nadjamuddin, Ketua MPR RI. Ahmad Muzani, serta tamu undangan lainnya. 

Acara dibuka dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dengan irjngan musik orkestra. berlanjut dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an okeh lima orang qari' cilik secara bergantian. Ayat yang dibaca ialah Surat Ali Imran Ayat 146-147. 

Lalu pembacaan doa bersama dipimpin oleh KH. Abdullah Jaidi, selaku Ketua Dewan Pimpinan MUI Pusat, dilanjutkan dengan laporan Ketua Panitia OC Munas XI MUI,   KH. Masduki Baidhlowi. 

Dalam kata sambutanya ketua panitia menyampaikan, bahwa tantangan bagi Para Da'i, Assatidz, Cendekiawan dan Ulama terkait dakwah dan syiar Islam di masa depan adalah Teknologi Digital, Termasuk AI (Artificial Intelligent). 

“Anak-anak muda saat ini kalau berita soal agama banyak yang tidak lagi ke para da'i, ulama, assatidz dan cendekiawan, tetapi kepada AI, media digital, dan internet. Perkembangan ini tentunya harus diantisipasi oleh para ulama, cendekiawan, assatidz dan da'I,”uangkap KH Masduki Baidhlowi. 


Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat, KH. Muhammad Anwar Iskandar, dalam kata sambutanya menegaskan bahwa Munas kali ini mengambil tema “Mengukuhkan Peran Ulama Dalam Kemandirian Bangsa Dan Kesejahteraan Rakyat". 

Kemandirian bangsa, ungkap KH Muhammad Anwar, tidak serta merta menjadi tanggung jawab pemerintah, tidak serta merta menjadi tanggung jawab negara. Tetapi juga harus ditanamkan kepada diri kita semua, para ulama, cendekiawan,  intelektual, harus mandiri di bidang ekonomi, budaya dan segalanya. Jika itu sudah terjadi, baru itulah sebenar-benarnya merdeka. 

“Ulama perlu mengambil peran agar negara dan bangsa ini benar benar menjadi negara mandiri karena kita lihat itu semua belum menjadi kenyataan. Masih banyak ketergantungan kita pada aspek negara lain. Walaupun kita juga tidak bisa bidup sendiri dalam ekosistem dunia, saling ketergantungan dengan negara lain,”jelas Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat, KH. Muhammad Anwar Iskandar.

Rumusan rumusan tentang kesejahteraan rakyat tambah KH M Anwa Iskandar, menjadi bagian penting bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam. Hal itu tak mungkin terjadi kalau kita tidak melakukan sinergitas antara kekuatan yang memiliki potensi untuk membawa rakyat dan bangsa Indonesia ini sejahtera lahir dan batin. 

Allah mewajibkan kita untuk berzakat dan berhaji, itu maknanya, umat Islam harus kuat di bidang ekonomi, dan baru setelah itu kita sama sama sejahtera. 

Omong kosong kita bjcara kesejahteraan umat tanpa sinergitas yang utuh, kekuaatan kekuatan yang ada harus bersinergi mewujudkan itu. 

Isyarat isyarat ini harus kita tangkap, MUI harus memjadi garda terdepan dalam mewujudkan hal ini. Kesejahteraan umat Islam, hakikatnya adalah kesejahteraan umat Islam di Indonesia. 


Indonesia bukan negara Islam, tetapi nation state, negara bangsa. Ini karunia Allah yang bukan main, kita sebagai ulama harus terus menjaga ini sampai kapanpun. Harus ada sinergi dengan pemerintah, dengan tentara, dengan polisi. 

Rezeki diberikan kepada seluruh rakyatnya, kekuatan kita adalah kekuatan bangsa Indonesia. Marilah kita munas, menghasilkan pikiran pikiran ke depan yang baik, untuk masa depan bangsa dan negara, juga untuk umat Islam. 

Kita bersyukur, diberikan Presiden yang dalam programnya sangat istiqomah, sangat konsisten, terus menerus kepeduliannya, membawa rakyat Indonesia menjadi rakyat yang adil dan makmur. 

Seluruh menteri, pejabat negara senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT. Membawa bangsa dan rakyat Indonesia ini menuju baldatun thiyyibatun warabbun ghafur, ungkapnya. 


Disisi lain, Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amin, M.A. selaku Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ditempat yang sama menyampaikan. Saya melihat wajah-wajah yang agak lesu, tetapi menterinya sudah hadir, Ketua Umum MUI dan para anggota MUI". 

Tapi justru kita tidak boleh lemas, karena tujuan kita meneguhkan peran ulama. Ada dua tanggung jawab besar, yakni tanggung jawab keummatan dan tanggung jawab kenegaraan dan kebangsaan. 

Kita juga punya tanggung jawab untuk menjaga konsekuensi kesepakatan kenegaraan, mitsaq wathoni. Jadi warisan dari nabi, antara Allah SWT dengan para nabi, Mitsaqan Ghaliza. 

“Ulama bertanggung jawab mewarisi Nabi Muhammad SAW. MUI ini tempat kumpulnya para ulama, tempat berhimpunnya para ulama dari lebih 80 ormas Islam. MUI sebagai tenda besar. Semua ormas di MUI, dalam satu frekuensi. Jadi frekuensinya sama. Yang keras dilunakkan, yang terlalu lunak dilunaskan. MUI seperti kereta api, penumpangnya banyak, gerbongnya banyak, “jelas Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amin, M.A. 

Lebih lanjut Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat, juga menyampaikan bahwa kereta api itu berjalan di atas rel, tidak belak belok. Misi keummatan MUI sebagai khadimul ummah, visi kebangsaan dan kenegaraan, MUI sebagai Shadiqul Hukumah. Nggak boleh keluar keluar. Programnya di dua itu aja. Jangan main main dengan MUI, tempat berkumpul lebih dari 80 ormas. 

“Menjaga ummat dari aqidah yang rusak, menjaga umat dari faham faham yang merusak, seperti liberalisme, tekstualisme dan radikalisme. Ummat tetap berpegang sebagai rahmatan lil a'lamin, komitmen umat dan ulama, alastu birobbukum? Qaalu balaa syahidna. Ummat manusia di alam arwah, sudah mengakui itu,” tambah KH Mar’ruf Amin. 

Mantan Wakil Presiden RI juga mengungkapkan bahwa bagi umat Islam, ada mitsaq kedua, yakni membaca dua kalimat syahadat. Ukhuwah wathoniyyah, terjalin persaudaraan. Khadimul Ummah, Shadiqul Hukumah. Tauhidul Ummah. Membangun ukhuwwah wathaniyyah. Bagaimana membangun persatuan Indonesia? Jikw sesma umat Islam saja berselisih. Ukhuwwah wathaniyyah, ukhuwwah insaniyah. 

MUI memberdayakan umat, supaya umat tidak menjadi beban negar, soalnya umat bisa berkontribusi lebi besar kepada bangsa dan negara. 

Umat adalaah bagian terbesar dari bangsa Indonesia. Jika umat tidak sejahtera, bangsanya tidak sejahtera juga. 

Shodiqul hukumah, sebagai mitra pemerintah, dalam pelaksanaannya mengacu kepada qaidah, sebagaimana dikatakan Khalifah Abu Bakar As Shiddiq, jika saya benar, bantu saya, jika saya salah, ingatkan saya. 

Jika pemerintah baik, bantu, maka jika pemerintah tidak baik, maka diluruskan. MUI akan memberikan taushiyah kepada pemerintah dan semua pihak. 

Taushiyah itu bukti cinta ulama kepada pemerintah. MUI mensejahterakan masyarakat, memakmurkan indonesia,. 

Terutama Pasal 33 UUD 1945, yang memerintahkan agar kekayaan negara digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Semangat MUI dalam membangun ekonomi Indonesia. Kita gemakan dalam membangun Arus Baru Ekonomi Indonesia. Bottom Up Economic Development Indonesia. 

Kita tidak melakukan top down Economic Development Indonesia. Sudah bertahun-tahun trtspi tidak netes-netes. Ini sejalan dengan pidato Bapak Presiden Prabowo Subianto. 

Kalau hanya segelintir orang yang sejahtera, artinya belum menjadi rahmatan lil Indonesiyyin, tetapi baru menjadi rahmatan lil segelintiriyyin. 

Presiden RI ke-8, bertekad untuk melaksanakan Pasal 33 UUD 1945, MUI akan mendukung program itu, MUI mendukung program bapak presiden, agar kemerdekaan benar benar menjadi rahmat bagi bangsa Indonesia. Bagi kita ulama, doa itu penting. dakwatun mustajabah.

“Perbaikan dilakukan oleh Allah SWT melalui tangan pemerintah. Presiden RI, melalui kekuasaan dan tangannya, supaya beliau dapat melakukan perbaikan yang bayak untuk Indoesia yang lebih sejahtera,”pungkas KH Ma’ruf Amin. 
----------------------------------------------

(Tim Peliput/Laporan : M. Ibrahim Hamdani/Anggota PJMI & Wakil Sekretaris PD-PAB Akhlak-bangsa Mui (PD PAB) MUI Pusat).