Home Khazanah Islam Ketua LTM PBNU akan Memperkuat Posisi Masjid

Ketua LTM PBNU akan Memperkuat Posisi Masjid

Sebagai pusat peradaban yang moderat dan solutif

289
0
SHARE
Ketua LTM PBNU akan Memperkuat Posisi Masjid

Keterangan Gambar : Ketua Lembaga Ta'mir Masjid PBNU KH. Mokhamad Mahdun (foto IL)

Jakarta, pjminews.com-Ketua Lembaga Ta'mir Masjid PBNU KH. Mokhamad Mahdun mengatakan masjid harus ramah lansia dan disabilitas karena mereka pun ingin dapat menuaikan ibadah dengan khusuk dan tenang. Makanya PBNU akan membangun masjid-masjid yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Hal tersebut disampaikan  KH M. Mahdun  yang akrab disapa Haji Mo, pada acara Kick?off program kolaboratif “Ngaji Fasholatan & 1.000 Masjid Inklusif”, yang diselenggarakan  Kementerian Agama dalam rangka peringatan tahun baru Islam 1 Muharam 1447 H, di hotel Lumire, Jakarta Pusat, Selasa 24/6. 

"Kita ingin merombak wajah masjid di seluruh Indonesia agar lebih ramah difabel dan lansia, sekaligus memperkuat posisi masjid sebagai pusat peradaban yang moderat dan solutif," ujarnya.

Lebih jauh Haji Mo menegaskan makna masjid jauh lebih dalam dari sekadar tempat ibadah. Menurutnya, masjid adalah ruang pendidikan, pusat pelayanan sosial, dan ruang sosiokultural bagi seluruh warga.

“Masjid bukan hanya tempat shalat, masjid itu juga tempat untuk menyekolahkan anak, masjid untuk menjadi tempat terima tamu, masjid itu untuk semuanya jadi masjid menjadi pusat peradaban,” ujar Haji Mo.

Haji Mo menegaskan peran NU dalam membentuk masjid inklusif.

"Dalam kegiatan ini, Kemenag dan LTMPBNU ingin membangun fondasi dua inisiatif utama. Pertama, revitalisasi majelis taklim melalui Ngaji Fasholatan, agar kegiatan pembelajaran agama lebih inklusif dan nyaman bagi lansia serta difabel. Kedua, pengadaan fasilitas pendukung akses seperti jalur landai, kursi roda, pegangan tangan, dan pencahayaan ramah lansia, khususnya pada target 1.000 masjid," tambah Haji Mo.

Kegiatan Kick?Off yang dihadiri ratusan pengurus masjid dan pejabat Kemenag tersebut jadi ajang sinergi nyata. Direktur Bimas Islam Kemenag menyampaikan bahwa dukungan negara tidak hanya berhenti pada fasilitas fisik, melainkan juga pelatihan manajemen masjid dan akses pendanaan lewat anggaran APBN, dana desa, serta skema CSR.

Program tersebut menargetkan penyelesaian 1.000 masjid inklusif dalam tempo 18 bulan ke depan. Setiap masjid sasaran akan melalui proses audit aksesibilitas, pendampingan arsitektur aksesibel, dan pelatihan pengelola demi konsistensi dan keberlanjutan.

Harapannya, masjid yang dihasilkan bukan saja mudah dijangkau oleh lansia dan difabel, tetapi juga berfungsi penuh sebagai pusat peradaban lokal – tempat belajar, berjejaring, dan memupuk harmoni sosial. Model kolaborasi ini juga menunjukkan Islam Indonesia melalui NU dikuatkan sebagai agama moderat yang inklusif dan berkemaslahatan untuk semua pihak .

Ke depan, pelaksanaan program bakal dipantau secara berkala melalui konferensi online, audit lapangan, dan komunikasi aktif melalui grup pengelola masjid. Kemenag bersama LTMPBNU berkomitmen memastikan tiap masjid bukan hanya simbol tetapi juga pusat spiritual dan sosial yang modern.

“Bangun Masjid Peradaban” bukan sekadar jargon—ini merupakan manifesto inklusif nyata, yang menegaskan masjid sebagai fondasi peradaban sosial dan spiritual. Semoga langkah konkret ini jadi momentum menguatkan wajah Islam Indonesia yang moderat, inklusif, dan berdaya guna untuk seluruh umat," tutup Haji Mo.***(pjmi/IL) 

Video Terkait: